Pagi itu, dengan berbekal
secangkir semangat dari kopi Good Day, langkah kaki terasa ringan menuju
kantor. Akupun sangat yakin dengan apa yang kulakukan saat ini. Dan kini
tinggal menunggu di dalam lift, rasa bosan itu kembali hadir, rasanya waktu
berlalu sangat lama menuju ke lantai tiga. Dan akhirnya pintu terbuka juga. Aku
pun melangkahkan kaki menuju ke meja kerja.
“Ternyata masih terlalu pagi” keluhku.
Hanya ada dua orang disana, yang sepertinya sedang terjadi obrolan yang sangat
seru. Langsung saja ku sapa dan menuju kearah keduanya untuk bersalaman. “ooh,
Brenda” gumamku, ternyata mereka sedang membicarakan pegawai baru yang mulai
bekerja kemarin.
Beberapa saat kemudian, rekan
yang lain mulai berdatangan, termasuk Brenda. Tentu saja, karena jam sudah
hampir menunjukkan pukul 7. Saya pun segera mengambil tempat, dan menyelesaikan
yang tertunda kemarin.
Jenuh juga berhadapan dengan
data-data kantor. Ketika melihat kearah jam ternyata jarum jam menunjukkan
pukul setengah sembilan lebih. “waktunya bikin kopi nih” pikirku. Sebenarnya
bisa aja sih memesan. Tapi bagiku lebih menyenangkan membuatnya sendiri.
Ku sapa saja Bang Sapri yang
tengah sibuk membuat teh. Langsung dijawab “Pagi juga mas, Bikin kopi sendiri
lagi, mas?” sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum saja, rasanya bosan menjalani
percakapan ini setiap hari, Hhaha…
Sekilas ada formasi yang
berbeda. Biasanya ada 4 teh, 2 kopi dan 1 gelas air putih. Lha ini? “Kopi
satunya buat mbak Brenda, hehe..” jawaban yang tepat sasaran seolah bisa
membaca pikiranku. “ooh…” jawabku. Lucu
juga yak, kok bisa gak tahu. Padahal Brenda ada dihadapanku pastinya saat
memesan. Secara, meja kami berhadapan.
Dengan secangkir kopi di tangan,
berjalan menuju tempat ku kembali. Kulihat Brenda mengangkat kedua tangannya
“yeah, selesai juga!!” ucapnya manja. Aku tersenyum saja melihatnya. Brenda
memang menarik, kulitnya bersih terawat dan tidak sombong. Seketika pula Bu Shasha
menghampiri dan mengamati dengan seksama hasil kerja Brenda. Bu Shasha adalah
pegawai senior disini. Tanpa berkata apa-apa ia langsung kembali kemejanya. Biasanya
itu berarti bagus.
Di tengah kebingungannya dengan
sikap Bu Shasha, Brenda mengalihkan pandangannya padaku. Melihatku masih
tersenyum ia pun balik membalas senyum. “ahh, manisnya kopiku ini, Hhaha…”
gumamku.
Aku pun duduk dan kembali fokus
ke pekerjaan. Sebelumnya sruput dulu “Sluuuuuurrrrrpp” semangat lagi.
Beberapa menit kemudian, aku dikejutkan
oleh suara lembut yang menyentuh telingaku “kopi Good Day ya, mas?” tanya Brenda
sambil menggeser kursinya ke arahku. “iya, Chococino” ku jawab mantap! Ia pun
cepat membalas “kalau aku…”.
Kamipun terus melanjutkan mengobrol
sampai menjelang makan siang. Aku pun tak merasa terganggu. Toh, pekerjaanku
selesai pada waktunya. Kamipun semakin dekat.
Sejak saat itu, semakin bersemangat
saja bekerja. Karena dan tentu saja semua berawal karena Kopi Good Day,
Hhehe... Akhir yang bahagia, senang sekali rasanya. J
Kopi instan & cappuccino Good day, kopigaul paling enak